Skip to main content

Posts

In Memoriam: Benda-Benda Yang Hilang Dalam Perjalanan

Saya orangnya memang teledor. Jangankan ketika bepergian, di rumah saja, saya sering kehilangan barang-barang. Ketika traveling, saya lebih hati-hati dalam mengemas kembali benda-benda yang kami bawa. Di hotel, saya cek ulang seluruh laci dan kamar mandi, agar tidak ada yang ketinggalan. Tapi, tetap saja, ada benda-benda yang luput dari perhatian kami, turut hilang dalam perjalanan. Berikut kenangan akan benda-benda kesayangan kami yang entah ada di mana sekarang. 1. Topi Big A di Gold Coast Ini topi kesayangan Big A, dibeli di Target. Menurut Big A, topi ini ketinggalan di apartemen Seacrest , tempat kami menginap selama liburan di Gold Coast . Sejak hilang, kami belum bisa menemukan topi pengganti yang sebagus ini. Big A memakai topi hijau kesayangannya di Dreamworld, Gold Coast 2. Kacamata Hitam The Emak di Queenstown Saya jarang-jarang kelihatan cakep di foto (aslinya jelas cakep!). Nah, kacamata hitam ini sering berhasil mengkamuflasekan wajah, entah bagaimana, jadi enak dilihat.

Tiket Nol Rupiah Yang Membuka Mata

"Mbak, kok bisa sering jalan-jalan, gimana sih caranya?" Begitu mention yang muncul di akun twitter saya. Jawaban simpelnya: "Caranya ya beli tiket, packing , terus berangkat." Terlalu tega nggak sih ?  Kenyataannya memang betul seperti itu. Saya dan keluarga bisa 'sering' traveling karena prioritas bersenang-senang kami memang untuk jalan-jalan. Anggaran kami jaga dari bahaya: ngopi, makan di luar, nonton bioskop, beli gadget terbaru, belanja sesuatu karena lucu, dan lain-lain.  Memang tidak mudah mencari tiket murah, apalagi untuk kami berempat: saya, Si Ayah, Big A (12 tahun) dan Little A (6 tahun). Tiket promo selalu ada, tapi kalau dikalikan empat, tentu saja tidak murah lagi. Satu-satunya jalan adalah mencari tiket super promo alias tiket gratis. Untungnya ada Air Asia yang bisa kami andalkan untuk menjadi 'sponsor' perjalanan keluarga kami menjelajah Asia. Tahun 2012, keluarga kami pulang kampung ke Surabaya. Setelah puas berkelana di Austral

Pengalaman Terbang Dengan Air New Zealand

Disclaimer: This trip is paid by Tourism New Zealand.  But all opinions expressed by me are 100% authentic and written in my own words. Dulu, ketika kami sekeluarga jalan-jalan keliling Pulau Selatan Selandia Baru , saya menghindari perjalanan dengan pesawat domestik. Mengingat pengalaman naik pesawat domestik di Australia yang lumayan repot. Tapi, setelah saya mengalami sendiri selo-nya naik pesawat Air New Zealand dari Christchurch ke Nelson pp, saya nggak akan ragu mengajak Precils terbang antar kota-kota di New Zealand, lain kali kalau berkunjung ke sini lagi. Bulan Juni lalu, saya memenangkan lomba foto dengan hadiah jalan-jalan ke New Zealand . Hadiahnya untuk satu orang, tapi saya ditemani jurnalis dari The Jakarta Post, penyelenggara lomba. Kami diundang oleh Tourism Nelson Tasman untuk mengeksplorasi kecantikan alamnya. Dari Jakarta ke Christchurch kami naik Singapore Airlines , transit di Changi, Singapura. Dari Christchurch ke Nelson, kami naik pesawat domestik Air New Zeal

Nyamannya Transit di Bandara Changi Singapura

Bulan Juni dan Juli, saya empat kali transit di Changi, terbang ke New Zealand dengan Singapore Airlines dan terbang ke Eropa dengan Emirates . Biasanya, ketika terbang ke arah timur Indonesia, tujuan Australia, saya lebih suka transit di Denpasar karena menghemat waktu terbang. Tapi untuk tujuan Selandia Baru memang belum ada penerbangan langsung dari Indonesia, sehingga terpaksa harus bolak-balik terbang ke barat dulu, baru ke timur lagi. Kalau tujuan akhirnya memang ke arah barat seperti Timur Tengah atau Eropa, tentu saya lebih memilih transit di bandara Changi daripada bandara lain (Soekarno-Hatta atau KLIA). Ketika mendapat itinerary tiket SQ dari Jakarta ke Christchurch via Singapore, saya deg-deg-an melihat waktu layover yang mepet banget. Ketika berangkat, memang ada waktu 3 jam untuk transit. Tapi pulangnya, hanya ada waktu 55 menit untuk turun dari pesawat dan boarding lagi ke pesawat berikutnya melewati pemeriksaan keamanan. Beda terminal lagi! Duh, piye iki ? Saya ingat