Skip to main content

In Memoriam: Benda-Benda Yang Hilang Dalam Perjalanan

Saya orangnya memang teledor. Jangankan ketika bepergian, di rumah saja, saya sering kehilangan barang-barang. Ketika traveling, saya lebih hati-hati dalam mengemas kembali benda-benda yang kami bawa. Di hotel, saya cek ulang seluruh laci dan kamar mandi, agar tidak ada yang ketinggalan. Tapi, tetap saja, ada benda-benda yang luput dari perhatian kami, turut hilang dalam perjalanan. Berikut kenangan akan benda-benda kesayangan kami yang entah ada di mana sekarang.

1. Topi Big A di Gold Coast
Ini topi kesayangan Big A, dibeli di Target. Menurut Big A, topi ini ketinggalan di apartemen Seacrest, tempat kami menginap selama liburan di Gold Coast. Sejak hilang, kami belum bisa menemukan topi pengganti yang sebagus ini.

Big A memakai topi hijau kesayangannya di Dreamworld, Gold Coast

2. Kacamata Hitam The Emak di Queenstown
Saya jarang-jarang kelihatan cakep di foto (aslinya jelas cakep!). Nah, kacamata hitam ini sering berhasil mengkamuflasekan wajah, entah bagaimana, jadi enak dilihat. Saya tidak bisa memakai kacamata hitam biasa karena mata saya minus, jadi harus memesan lensa hitam di toko optik. Percuma tho gaya kalau gak bisa melihat jelas?
 

Saya baru sadar kehilangan kacamata hitam ini (saya bawa dua kacamata dalam perjalanan, lensa bening dan hitam) di apartemen Queenstown. Bisa jadi kacamata ini sudah hilang ketika kami dalam perjalanan ke New Zealand, dari Tasmania, kemudian singgah di Melbourne. Entahlah. Sekarang saya sudah punya ganti kacamata transitions yang lensanya berubah menjadi gelap ketika berada di lingkungan yang terang. Tapi rasanya kok foto-foto saya tidak secakep ketika memakai kacamata hitam yang lama ya? *nyalahin kacamata :p*

Emak masih pakai kacamata kesayangan di Canberra

3. Camcoder JVC di Darwin
Once upon a time, saya pengen sekali jadi video blogger. Saya pun merengek ke Si Ayah agar dibelikan camcoder. Setelah baca-baca review dan menyesuaikan pilihan dengan budget, akhirnya kami membeli camcoder merk JVC. Ternyata saya tidak begitu berbakat membuat video (kesimpulan saya sendiri setelah melihat jeleknya hasil video dengan tangan yang tidak stabil). Satu-satunya karya 'masterpiece' saya adalah video klip 4 menit perjalanan kami ke New Zealand.

Tapi belum dua tahun, camcoder ini hilang dalam perjalanan. Saya terakhir melihatnya di hotel Holiday Inn Darwin. Waktu itu kami berpisah, saya dan precils kembali ke Indonesia, sementara Si Ayah masih harus kembali ke Sydney melanjutkan studinya. Saya pikir Si Ayah yang membawa camcoder ini, sementara dia pikir saya yang membawanya. Ketika unpacking di Malang, saya tidak menemukan camcoder ini di koper.

The Emak yang pernah kepengen jadi vlogger, di Gold Coast.
            

4. Charger iPod Shuffle Big A di Darwin
Ini benda kecil tapi cukup mahal juga harganya. Ketika liburan di Darwin dan Kakadu, kami menyewa mobil dari Thrifty. Karena mobil yang sudah kami pesan online tidak tersedia waktu itu, kami di-upgrade mendapatkan mobil yang lebih canggih. Interiornya keren, termasuk colokan untuk men-charge iPod.  Tapi ya itu, barang sekecil itu luput dari perhatian kami.

Begitu sampai di Malang, baru ketahuan kalau charger mungil ini hilang. Karena beda tipe colokannya, Big A tidak bisa meminjam charger iPhone saya atau iPad Little A. Terpaksa deh saya beli baru di toko Emax. Harga charger ori sekecil ini $29. Apple memang raja tega ya?
Big A dan iPodnya di Fremantle, Perth

5. Topi Si Ayah di pesawat Emirates dari Christchurch
Ini sebenarnya topi yang saya beli di Queen Victoria Market di Melbourne, seharga $20. Tapi karena Si Ayah suka, saya berikan ke dia :) Topi ini sudah menemani Si Ayah liburan ke banyak kota, dan membuat dia tampak trendy. Sayang banget topi ini ketinggalan di pesawat Emirates ketika kami terbang dari Christchurch ke Sydney.

Si Ayah masih memakai topi di Hobart

6. Mini board Little A di Lens, Perancis
Bukan benda yang berharga banget sih. Little A mendapat mainan mini board ini dari Emirates dalam perjalanan ke Paris. Benda ini lumayan menghibur ketika kami harus menunggu kereta di CDG airport. Karena belum lama punyanya, Little A tidak ingat kalau miniboard nya ketinggalan di rumah saudara kami di Lens, tempat kami menginap semalam. Kami juga tidak mengungkit-ungkit lagi :)

The Precils di depan stasiun Lens. Big A pegang mini board.

7. Kacamata, Sepatu, Wajan & Satu Tas Dalaman di Campervan
Ini kehilangan yang membuat saya pengen nangis kalau ingat. Murni karena keteledoran saya. Perjalanan kami dengan campervan dari Adelaide ke Melbourne berakhir di Holiday Inn Melbourne Airport. Kami menginap semalam di sana sebelum terbang ke Denpasar. Sore itu kami harus mengembalikan campervan ke kantornya sebelum tutup jam lima. Si Ayah sudah membereskan barang-barang yang ada di campervan, mengangkut koper-koper berat yang isinya barang-barang pindahan kami dari Sydney. Saya diminta mengecek sekali lagi, sapu bersih barang-barang yang masih ada di sana. Kami berdua sama-sama kelelahan setelah 10 hari campervanning. Alhasil, saya luput memeriksa laci tersembunyi di tengah tempat duduk di depan, dan laci-laci dapur campervan yang memang berisi peralatan memasak. Petugas yang menerima kembali campervan pun tidak mengecek.

Saya baru sadar esok harinya bahwa ada barang-barang kami yang ketinggalan di Campervan. Untuk mengambil di kantor Apollo, waktunya tidak cukup lagi karena kami harus mengejar pesawat ke Bali. Si Ayah menelepon kantor Apollo agar mereka mengirimkan barang-barang tersebut ke Sydney, tempat adik kami. Tapi ternyata tidak pernah dikirim. Mungkin semua berakhir di tempat sampah, hiks.

Wajan multifungsi sebagai gayung :p
Si Ayah, kacamata hitamnya bikin ganteng banget!
Ada yang pernah nggak sengaja meninggalkan barang-barang selama perjalanan? Apa saja? Masih teringat nggak sampai sekarang?

~ The Emak

Baca juga:
Tip Packing Ke Eropa
Tip Packing Ke Australia dan New Zealand

Comments

Popular posts from this blog

Rekomendasi Makanan Halal di Singapura

Chilli crab di Makan Sutra Gluttons Bay Ngapain aja sih piknik ke Singapura selain foto di depan patung singa, nyobain MRT dan jalan kaki sampai gempor, belanja di Orchard road dan nyambangi Universal Studio? Makan-makan alias wisata kuliner tentunya. Pertama kali jalan ke Singapura, saya senang sekali karena nggak harus bawa rice cooker dan masak sendiri untuk berhemat seperti kalau kami jalan-jalan ke Australia, New Zealand atau Eropa. Makanan di Singapura relatif murah dibandingkan dengan makanan di Ostrali, NZ dan Eropa, pilihannya pun beragam dan sesuai dengan lidah orang Indonesia. Kabar baiknya bagi wisatawan muslim, banyak sekali pilihan gerai makanan halal di Singapura. Meski Singapore bukan negara mayoritas muslim, tapi negara ini cukup ramah untuk pengunjung muslim. Gampang kok menemukan restoran atau warung bersertifikat halal. Kalaupun kepentok tidak ada sertifikat halal, masih ada pilihan no pork no lard (tanpa daging babi dan lemak babi), seafood (masakan laut) dan m

Tips Memilih Kamera Poket Untuk Traveling

Penampakan Canon S 95 Apa itu kamera poket? Jawabnya simpel: Kamera yang muat di dalam saku, namanya juga kamera poket. Bagi anda yang suka jalan-jalan alias para traveler, kamera poket sangat cocok untuk anda dengan beberapa alasan. Pertama, harganya jauh lebih murah daripada kamera DSLR. Kedua, tidak perlu repot-repot naruhnya, ukurannya kecil mungil sehingga cukup di saku celana anda. Ketiga, sangat ringan dibanding dengan kamera DSLR. Saat ini mayoritas produsen kamera mengeluarkan produk kamera poket dengan berbagai varian dan teknologi. Mulai dari merk Sony, Samsung, Kodak, Canon, Nikon dan temen-temen mereka lainnya. Ada yang murah dibawah 1 juta, ada pula yang harganya kayak kamera DSLR. Ehm, dari sekian banyak kamera poket, bagaimana anda memilih satu kamera poket yang cocok untuk anda? Jangan terburu-buru memilih kamera poket dulu, pahami dulu seluk beluk kamera poket secara umum. Gambaran secara umum, yang harus anda ketahui dari kamera poket adalah: Lensa :anda

Menjelajah Penang Seni, Sejarah, Kuliner Dan Pantai

Having fun at Batu Ferringhi beach, Penang "Melancong atau berobat?" begitu sapaan khas warga Penang ke kami setelah tahu kami dari Indonesia. Penang, pulau kecil di sebelah barat semenanjung Malaysia, yang bisa dicapai 3 jam naik pesawat dari Surabaya ini memang tujuan populer untuk berobat bagi warga. Konon, pelayanan di beberapa pilihan rumah sakit di Penang lebih bagus dan biayanya lebih murah daripada di Indonesia. Tapi kami ke Penang untuk jalan-jalan saja. Sebagai tujuan wisata, Penang menyediakan paket komplet. Ada wisata kota untuk belajar sejarah dan menikmati karya seni, ada wisata kuliner di setiap sudutnya, dan ada wisata pantai yang bisa dicapai kurang dari sejam dari tengah kota. Thanks to maskapai berbiaya rendah, Air Asia, yang mempunyai penerbangan langsung Surabaya-Penang, liburan long wiken kali ini kami tidak perlu keluar banyak uang. Kami berempat 'hanya' keluar uang 5,5 jutaan termasuk tiket pesawat, akomodasi, taksi, bis, tiket masuk mu