Skip to main content

Sepedaan di Amsterdam


When in Rome do as the Romans do...
Peribahasa ini kalau diterjemahkan dalam bahasa Belanda: ketika kamu di Amsterdam, naiklah sepeda. Begitu kira-kira :)

Saya memang berencana mengajak keluarga untuk sepedaan di Amsterdam kalau cuaca cerah. Dalam rangkaian jalan-jalan ke Eropa, kami cuma menginap dua malam di Amsterdam. Begitu ada satu hari tanpa hujan, kami langsung melipir ke tempat persewaan sepeda.

Kami menyewa sepeda di Mac Bike yang cabangnya ada di mana-mana di kota ini, salah satunya di sebelah stasiun Centraal. Selama di Amsterdam kami menginap di hotel Meininger Sloterdijk, satu stasiun dari Centraal. Setelah sarapan di hotel, kami naik kereta ke Centraal, sewa sepeda seharian untuk keliling kota, dikembalikan ke tempat semula dan nanti pulang ke Sloterdijk naik kereta lagi.

Sebenarnya nggak ada alasan tertentu saya memilih menyewa sepeda di Mac Bike, cuma karena lokasinya strategis saja. Mac Bike juga punya segala model sepeda, termasuk sepeda yang ada boncengannya untuk anak-anak. Tidak perlu syarat yang ribet untuk sewa sepeda, gak perlu pakai SIM juga :D Pelayanan di Mac Bike cukup ramah dan profesional. Sebelum jalan, kami dijelaskan cara menggunakan sepeda, termasuk cara menggerendel pakai gembok biar nggak dicuri orang.

Jenis dan harga sewa sepeda di Mac Bike bisa dilihat di websitenya. Kita bisa menyewa untuk 3 jam saja atau sewa seharian. Kami menyewa tiga sepeda, 1 sepeda dewasa dengan boncengan untuk Si Ayah dan Little A dan 2 sepeda anak-anak untuk Big A dan... saya, hiks. Ketika memilih sepeda, memang yang cocok untuk saya adalah sepeda anak-anak karena saya orangnya mini, setinggi Big A yang usianya 12 tahun. Big A ngakak bahagia ketika petugas Mac Bike memberi saya sepeda yang sama dengan yang dia naiki. Saya tersenyum kecut, tapi kemudian nyengir senang karena artinya sewa sepedanya sedikit lebih murah, hahaha. Total kami membayar EUR 34,25 dengan kartu kredit. Dengan kurs saat itu kalau dirupiahkan sebesar IDR 575,511.

Untuk tarif sewa sekarang (April 2016), sebagai berikut:
Sepeda dewasa biasa EUR 14,75 (sehari) atau EUR 11 (3 jam)
Sepeda dewasa dengan boncengan anak EUR 17,75 (sehari) atau EUR 12,5 (3 jam)
Sepeda anak-anak EUR 9,75 (sehari) atau EUR 7,5 (3 jam) 

Sebelum meninggalkan kantor Mac Bike, saya mengajukan pertanyaan maha penting: sepeda di sini jalannya di kiri apa kanan? Petugas Mac tertawa karena melewatkan informasi penting itu karena dia mengasumsikan kami semua sudah tahu. Ternyata, kami yang sudah terbiasa jalan di sebelah kiri (di Indonesia dan Australia) cukup kesulitan untuk mengganti mind-set berjalan di sebelah kanan, dalam waktu singkat.

Di depan stasiun Amsterdam Centraal

Meski tahu tidak gampang berganti jalur dari kiri ke kanan, kami nekat saja. Saya tidak membuat rute khusus untuk berkeliling kota dengan sepeda ini. Pokoknya menuju depan Rijks Museum yang ada tulisannya I AMSTERDAM. Kalau dihitung di google map, kami bersepeda sepanjang 3 kilometer. Si Ayah memimpin di depan, memilih jalan menyusuri kanal-kanal. Di kanan kiri kami terlihat bangunan dengan arsitektur khas Belanda.

Kami hanya mengandalkan peta kertas, bukan digital karena kami tidak membeli pulsa internet selama di Belanda. Ini yang sedikit membingungkan karena kami tidak tahu di mana kami berada. Nama jalan ada, tapi kami kesulitan mencocokkannya dengan peta. Saya yang biasanya pinter membaca peta jadi frustasi karena saya merasa melihat jalan yang sama berulang-ulang: jalan melengkung, kanal, jembatan.

Beberapa kali kami memutuskan berhenti. Selain untuk beristirahat, juga untuk melihat-lihat suasana. Karena tanpa persiapan, kami jadi merasa diberi kejutan bakal nemu apa di jalan. Yang pertama, kami tidak sengaja menemukan patung Multatuli. Sekalian kami beri pelajaran ke Big A dan Little A tentang Multatuli, nama samaran dari Eduard Douwes Dekker yang mengkritik penjajahan Belanda di buku Max Havelaar.

Stop kedua adalah di depan Koninklijk Paleis yang cukup ramai dengan turis. Setelah meminggirkan sepeda, kami berfoto-foto sebentar kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Dari Paleis, kami sempat nyasaaaar. Di tengah jalan saya dimarahin wong londo karena minggir ke sebelah kiri jalan. "To the right, please!" begitu teriaknya. Hiks, ja ma'am. Maaf ya Nyah, saya belum biasa minggir ke kanan. Si Ayah juga dimarahin orang karena sepedanya naik ke trotoar. "Jangan di trotoar woy, sepeda di jalan besar!" Si Ayah bingung juga karena sedang cari-cari jalan. 

Akhirnya kami sampai di tempat yang bisa untuk istirahat dan duduk-duduk: belakangan kami tahu kalau ini namanya Rembrandt Square. Sepeda kami parkir di depan coffee shop yang tidak hanya menjual kopi ;) Agak lama kami duduk di sini sambil menata hati dan mencari jalan terdekat ke Rijks Museum. Alhamdulillah, kami nggak tersesat lagi. Setelah melewati beberapa jalan melengkung dan jembatan, akhirnya kami sampai juga ke Rijks. Sepeda kami parkir di tempat parkir sepeda yang sudah terlalu penuh dengan sepeda (benar-benar Amsterdam). Di sini parkir sepeda gratis tapi toilet umumnya bayar, 50 sen sekali masuk.



Awas, coffee shop ini tidak hanya menjual kopi ;)
Kami tidak masuk ke museumnya, hanya nongkrong di luar sambil melihat-lihat turis yang ramai foto-foto di depan tanda I amsterdam. Susah mencari spot untuk berfoto sendiri karena orang-orangnya amprokan, bukan foto bergantian. Mungkin harus ke sini pagi banget kalau memang niatnya foto tanpa harus ngecrop orang lain. Di tempat ini juga ada taman bermainnya, yang membuat Little A cukup betah.

Dari Rijks Museum, kami berjalan kaki ke Van Gogh Museum. Saya ngincer beberapa museum di Amsterdam, tapi kami cuma sempat ke dua museum: Van Gogh di dekat Rijks yang kami kunjungi hari itu dan NEMO Science Museum di dekat stasiun Centraal yang kami kunjungi keesokan harinya. Di Van Gogh Museum, Little A mengisi lembar aktivitas untuk anak-anak dan setelah selesai dia mendapatkan suvenir berupa kartu pos dan stiker. Kami sekeluarga cukup senang dan puas di museum ini, bisa belajar tentang perjalanan kreatif seorang maestro seni lukis dunia.


Setelah puas main-main di kompleks museumplein, kami pulang ke stasiun centraal. Kami melewati jalan yang berbeda dengan jalan berangkat tadi. Saya ingat melewati pasar bunga dan kemudian lewat red district. Saya tahu ini daerah red district karena saya lihat Mbak-Mbak dengan dandanan semlohay di depan gedung-gedung. Ada juga yang saya lihat mejeng di jendela. Setelah mengembalikan sepeda, saya tanya Si Ayah apa dia tahu kalau tadi lewat red district. Dia jawab nggak tahu. Hahaha, bukan rezekimu, Mas :p Moga-moga anak-anak juga nggak lihat apa-apa.

Dua hari memang terlalu sebentar untuk menjelajah Amsterdam. Tapi tetap alhamdulillah, satu impian saya sudah bisa saya coret dari daftar: foto di jembatan dengan latar belakang kanal Amsterdam. Semoga sepeda anak-anaknya nggak terlalu mencolok ya :D


~ The Emak

Comments

Popular posts from this blog

Tips Memilih Kamera Poket Untuk Traveling

Penampakan Canon S 95 Apa itu kamera poket? Jawabnya simpel: Kamera yang muat di dalam saku, namanya juga kamera poket. Bagi anda yang suka jalan-jalan alias para traveler, kamera poket sangat cocok untuk anda dengan beberapa alasan. Pertama, harganya jauh lebih murah daripada kamera DSLR. Kedua, tidak perlu repot-repot naruhnya, ukurannya kecil mungil sehingga cukup di saku celana anda. Ketiga, sangat ringan dibanding dengan kamera DSLR. Saat ini mayoritas produsen kamera mengeluarkan produk kamera poket dengan berbagai varian dan teknologi. Mulai dari merk Sony, Samsung, Kodak, Canon, Nikon dan temen-temen mereka lainnya. Ada yang murah dibawah 1 juta, ada pula yang harganya kayak kamera DSLR. Ehm, dari sekian banyak kamera poket, bagaimana anda memilih satu kamera poket yang cocok untuk anda? Jangan terburu-buru memilih kamera poket dulu, pahami dulu seluk beluk kamera poket secara umum. Gambaran secara umum, yang harus anda ketahui dari kamera poket adalah: Lensa :a...

Mengurus Visa Schengen Untuk Keluarga

Impian saya jalan-jalan ke Eropa akhirnya terkabul tahun ini. Alhamdulillah. Senang dan semangat banget bikin rencana dan itinerary. Tapi... tentunya harus mau ribet dikit ngurus visa. Schengen itu apa? Wilayah Schengen meliputi 26 negara di Eropa yang telah menghapuskan pemeriksaan paspor di perbatasannya. Kalau kita memiliki visa Schengen, kita bisa bebas keluar masuk 26 negara tersebut tanpa pemeriksaan paspor lagi. Dengan kata lain, ketika kita mengajukan visa (izin berkunjung) ke salah satu negara yang termasuk di wilayah Schengen, kita mendapat bonus visa ke 25 negara lainnya. Jadi sebenarnya rugi besar kalau visa Schengen cuma digunakan untuk berkunjung ke satu negara saja :) Berikut daftar negara-negara di Eropa yang termasuk di wilayah Schengen: 1. Austria 2. Belgia 3. Czech Republic 4. Denmark 5. Estonia 6. Finlandia 7. France (Perancis) 8. Germany (Jerman) 9. Greece (Yunani) 10. Hungaria 11. Iceland 12. Italia 13. Latvia 14. Liechtenstein 15. Lithuania 16. Luxembourg 17. Mal...

Tip Belanja Belanji di Sydney

Window display di QVB Setahun sekali di Sydney, ada hari khusus untuk berbelanja gila-gilaan, ketika SEMUA toko menawarkan diskon. Mereka menyebutnya Boxing Day . Saya menyebutnya Hari Raya Berbelanja :) Boxing Day dirayakan setiap tanggal 26 Desember, satu hari setelah Natal. Tadinya saya pikir Boxing Day ini berkaitan dengan 'tinju', tapi tinju yang bagaimana? Ternyata bukaaan. Pada awalnya, Boxing Day ini diramaikan dengan memberikan hadiah (natal) untuk orang-orang miskin, yang dikemas dalam kotak (box). Tapi maknanya kemudian bergeser menjadi hari belanja untuk menghabiskan uang lebaran atau angpao :) Biasanya, sebelum datang tanggal ini, orang-orang sudah mengincar apa yang ingin mereka beli pada Boxing Day. Katalog SALE bisa dilihat di internet, website masing-masing toko atau di Lasoo . Pasukan belanja sampai mati ini biasanya mengincar merk-merk terkenal, gaun-gaun disainer yang hanya memberi diskon setahun sekali pada hari tersebut. Nggak heran kalau mereka sampai bel...