Skip to main content

Pengalaman Memakai Grab Car di Bali


Disclaimer:
Cerita ini berdasarkan pengalaman kami ke Bali tanggal 5-6 Maret 2016. Kebijakan operasional Grab atau tarif mungkin berbeda di lain waktu. Cerita ini tidak disponsori oleh Grab, kami membayar sendiri semua pengeluaran kami :)

Ketika keluarga saya dan keluarga adik saya, @diladol, akhirnya memutuskan ke Bali bareng, kami mulai kasak-kusuk mengusahakan transportasi selama kami di sana. Enaknya gimana? Sewa mobil, sewa motor, naik taksi, pakai Uber, atau pakai Grab? Tadinya adik saya sekeluarga (anaknya baru satu, ponakan saya K yang keren, umur 2 tahun) mau sewa motor saja. Sementara dari bandara ke hotel mau numpang saya naik Uber, karena kabarnya Grab Car dilarang beroperasi di bandara Ngurah Rai.


Saya tadinya mau menyewa mobil. Browsing di internet dan nanya teman, sewa mobil selama 12 jam termasuk sopir dan bensin Rp 500 ribu. Tapi setelah saya pikir-pikir, rencana kami kan nggak mau keliling ke mana-mana, cuma mau ngendon di hotel aja, jadinya sewa mobil bakalan mubazir. Sayang uangnya. Fyi, meski liburan bareng, saya dan adik saya menginap di tempat berbeda. Adik saya di hotel bintang 3 di Kuta, sementara saya dan precils di hotel bintang 5 di Canggu. Yah, sesuai tingkat kesejahteraan lah, hahaha. Menjelang hari H, ponakan K malah sakit flu, jadinya mereka memutuskan nggak jadi sewa sepeda motor. Kami putuskan mau coba pakai Uber dan Grab Car aja, sambil lihat nanti di lapangan kayak apa.

Keluarga kami mendarat di Ngurah Rai airport lebih dulu dari keluarga Dila. Ya kan Surabaya lebih dekat dari Jogja :p Sembari menunggu Dila cs, saya iseng bertanya tarif transfer dari bandara di gerai Golden Bird yang ada di area kedatangan domestik. Tarif Golden Bird ke Kuta 200 ribu, dengan mobil Avanza, jadi muat untuk kami bertujuh. Oke deh, saya cek toko sebelah dulu ya, hehe.

Setelah kami semua ngumpul, saya sudah siap-siap pakai Uber, tapi saya ragu karena di apps saya tidak bisa memilih jenis mobil. Nanti kalau dapatnya mobil kecil bagaimana? Nggak muat untuk 4 dewasa dan 3 anak. Lalu Si Ayah mencoba pesan taksi bandara di booth resmi, dekat pintu keluar. Katanya tarif dari airport ke Hotel Gemini Star di Kuta 110 ribu. Glek! Itu pun untuk mobil sedan biasa yang cuma muat berempat. Walah, mihil bingits. Mana bapaknya yang jaga galak banget. Ini gimana mau laku ya taksinya? Ketika kami masih berunding, dia teriak-teriak, "JADI PESEN APA NGGAK? KALIAN MENGHALANGI ANTREAN!" Padahal nggak ada orang di belakang rombongan kami. Good bye lah, belum juga naik taksi udah dimarah-marahi.

Akhirnya adik saya yang pintar, cekatan dan tidak sombong mencoba membuka app Grab. Aplikasi ini sama dengan app Grab Taxi di kota lain, bisa diunduh di iOS atau android. Begitu dibuka, app ini langsung tahu posisi kita. Bagian pick-up langsung terisi Ngurah Rai Airport (DPS). Tinggal memasukkan drop-off, ke mana kita ingin diantar. Adik saya memasukkan Hotel Gemini Star dan memang langsung bener lokasinya di daerah Gg Poppies II Kuta sana. Begitu lengkap pick-up dan drop-off nya, langsung kelihatan kisaran tarifnya berapa. Di app muncul Rp 25K, dari airport ke Kuta. Setelah klik "Book GrabCar" si app ini akan tuing-tuing mencarikan driver untuk kita. Gak sampai semenit langsung dapat. Begitu dapat, Dila bersorak dan langsung menelepon Pak Driver. Ternyata mobil Pak Sopir ini sudah ada di bandara, dia memberi tahu agar kami menuju ke bagian keberangkatan domestik. Mobilnya APV warna putih, nomor polisinya sudah kelihatan di app. Rombongan kami bergegas berjalan ke departure. Begitu melihat mobil APV Pak-nya, kami melambai dan mobil menepi di tempat drop off keberangkatan. Pak-nya menyapa dengan ramah. Alhamdulillah kami bertujuh muat di mobil APV yang lapang dan bersih ini. To Kuta we go!




"Untung aku tadi nyoba Grab ya," kata Dila dengan bangga. Ternyata Grab Car tetap bisa dipesan dari bandara, padahal dari berita dan blog yang saya baca, Grab dilarang beroperasi di bandara. Tapi pantas saja kalau taksi bandara merasa terancam dengan keberadaan Grab, mereka tidak bisa seenaknya sendiri melipatgandakan tarif. Saya selalu merasa dirampok dengan layanan taksi bandara. Selain kenaikan harganya sangat tidak wajar, pelayanannya pun buruk. Meski sudah membeli kupon di gerai resmi, sampai tempat tujuan masih dipalak oleh sopir. Ini terjadi tidak hanya di bandara Bali. Pinter banget ya cara Angkasa Pura menyambut turis? :|

Sementara dengan Grab Car, tarif dihitung per-kilometer, tidak terpengaruh dengan macetnya jalan. Sebelum naik, kita diberi kisaran tarif. Setelah sampai di tujuan pun, tarif tidak banyak berubah, dan driver tidak meminta uang lebih.

Dari bandara ke Kuta, kami bertujuh hanya diminta membayar 27 ribu. Murah banget kan hitungannya? Tentu kami memberi tip ke driver yang menyelamatkan kami dari taksi bandara yang overprice dan pelayanannya kasar.

Selanjutnya, saya memakai jasa Grab Car terus selama di Bali. Dari hotel Gemini Star di Kuta menuju Hotel Tugu di Canggu, saya cukup membayar 66 ribu, dengan lama perjalanan satu jam. Tentu saya memberi tip ke driver. Di rute ini, mobil yang kami naiki Avanza, masih cukup baru, bersih dan wangi. Driver ramah dan tidak banyak bicara, namun cukup pandai melewati jalan-jalan sempit di Bali, bahkan melewati jalan tembus berupa pematang sawah berkonblok menuju Canggu.

Dari Hotel Tugu sampai ke Potato Head di Seminyak, kami diantar mobil hotel. Sementara dari Seminyak ke bandara, kami kembali memakai Grab Car. Biayanya hanya 56 ribu. Kalau dihitung-hitung, total pengeluaran kami untuk Grab Car jelas lebih murah daripada kalau sewa mobil harian.

 

Di banyak tempat, saya melihat spanduk-spanduk yang menolak Grab Car dan Uber. Ada beberapa tempat yang melarang Grab dan Uber mengambil penumpang, meski mereka boleh menurunkan penumpang yang naik dari lokasi lain. Ketika saya memesan Grab di Potato Head, drivernya meminta agar tidak menyebutkan kalau dijemput Grab. Ya tinggal bilang aja dijemput driver sih, emang bener kan? Tapi nggak ada yang nanya juga :D Lagipula Grab Car nggak bisa dideteksi karena memang memakai mobil biasa.

Saya sendiri sebagai konsumen, sangat puas dan terbantu dengan adanya Grab Car. Tarifnya lebih murah dan pasti, bisa muat untuk keluarga atau rombongan, dan pelayanannya cukup bagus. Sekarang konsumen memang semakin punya pilihan, sudah waktunya perusahaan yang mengutamakan layanan ke penumpang yang menang.

Kalau kalian gimana, pakai transportasi apa selama di Bali? Ada yang punya pengalaman naik Grab Car atau Uber di Bali? Tulis di komentar ya ^_^

~ The Emak


Comments

Popular posts from this blog

Rekomendasi Makanan Halal di Singapura

Chilli crab di Makan Sutra Gluttons Bay Ngapain aja sih piknik ke Singapura selain foto di depan patung singa, nyobain MRT dan jalan kaki sampai gempor, belanja di Orchard road dan nyambangi Universal Studio? Makan-makan alias wisata kuliner tentunya. Pertama kali jalan ke Singapura, saya senang sekali karena nggak harus bawa rice cooker dan masak sendiri untuk berhemat seperti kalau kami jalan-jalan ke Australia, New Zealand atau Eropa. Makanan di Singapura relatif murah dibandingkan dengan makanan di Ostrali, NZ dan Eropa, pilihannya pun beragam dan sesuai dengan lidah orang Indonesia. Kabar baiknya bagi wisatawan muslim, banyak sekali pilihan gerai makanan halal di Singapura. Meski Singapore bukan negara mayoritas muslim, tapi negara ini cukup ramah untuk pengunjung muslim. Gampang kok menemukan restoran atau warung bersertifikat halal. Kalaupun kepentok tidak ada sertifikat halal, masih ada pilihan no pork no lard (tanpa daging babi dan lemak babi), seafood (masakan laut) dan m

Tips Memilih Kamera Poket Untuk Traveling

Penampakan Canon S 95 Apa itu kamera poket? Jawabnya simpel: Kamera yang muat di dalam saku, namanya juga kamera poket. Bagi anda yang suka jalan-jalan alias para traveler, kamera poket sangat cocok untuk anda dengan beberapa alasan. Pertama, harganya jauh lebih murah daripada kamera DSLR. Kedua, tidak perlu repot-repot naruhnya, ukurannya kecil mungil sehingga cukup di saku celana anda. Ketiga, sangat ringan dibanding dengan kamera DSLR. Saat ini mayoritas produsen kamera mengeluarkan produk kamera poket dengan berbagai varian dan teknologi. Mulai dari merk Sony, Samsung, Kodak, Canon, Nikon dan temen-temen mereka lainnya. Ada yang murah dibawah 1 juta, ada pula yang harganya kayak kamera DSLR. Ehm, dari sekian banyak kamera poket, bagaimana anda memilih satu kamera poket yang cocok untuk anda? Jangan terburu-buru memilih kamera poket dulu, pahami dulu seluk beluk kamera poket secara umum. Gambaran secara umum, yang harus anda ketahui dari kamera poket adalah: Lensa :anda

Menjelajah Penang Seni, Sejarah, Kuliner Dan Pantai

Having fun at Batu Ferringhi beach, Penang "Melancong atau berobat?" begitu sapaan khas warga Penang ke kami setelah tahu kami dari Indonesia. Penang, pulau kecil di sebelah barat semenanjung Malaysia, yang bisa dicapai 3 jam naik pesawat dari Surabaya ini memang tujuan populer untuk berobat bagi warga. Konon, pelayanan di beberapa pilihan rumah sakit di Penang lebih bagus dan biayanya lebih murah daripada di Indonesia. Tapi kami ke Penang untuk jalan-jalan saja. Sebagai tujuan wisata, Penang menyediakan paket komplet. Ada wisata kota untuk belajar sejarah dan menikmati karya seni, ada wisata kuliner di setiap sudutnya, dan ada wisata pantai yang bisa dicapai kurang dari sejam dari tengah kota. Thanks to maskapai berbiaya rendah, Air Asia, yang mempunyai penerbangan langsung Surabaya-Penang, liburan long wiken kali ini kami tidak perlu keluar banyak uang. Kami berempat 'hanya' keluar uang 5,5 jutaan termasuk tiket pesawat, akomodasi, taksi, bis, tiket masuk mu