Skip to main content

Posts

5 Kafe & Bakery Halal di Area Bugis Singapura

Fluff Bakery, Muslim Owned Beberapa tahun belakangan ini banyak muncul kafe dan bakery trendi di Singapura yang dikelola oleh anak-anak muda. Kabar gembira buat kita semua, banyak yang pemiliknya muslim. Jadi meskipun belum memiliki sertifikat halal, bahan-bahan makanan yang mereka gunakan halal semua. Beberapa kafe halal nan trendi tersebut terkonsentrasi di area Bugis, atau sering juga disebut sebagai Arab Quarter atau Kampong Glam. Area Bugis, di antara stasiun MRT Bugis dan MRT Lavender, memang pilihan utama sebagai base camp untuk traveler muslim. Di sini gampang dijumpai restoran, kafe, dan bakery halal. Dua pilihan restoran halal untuk makan besar (makan nasi) adalah Zam-Zam dan Hjh Maimunah . Zam-Zam lokasinya di 679 North Bridge Rd, persis di seberang Masjid Sultan. Resto ini menyajikan masakan India. Coba deh murtabak-nya yang terkenal enak banget. Sementara restoran Hjh Maimunah adalah salah satu restoran halal yang mendapat Michelin Star (peringkat untuk restoran yang bagu

Boss Singapura, Hotel dengan Sarapan Halal

Traveling ke Singapura kali ini, saya sengaja mencoba hotel yang buffet breakfast -nya halal. Nggak banyak pilihan hotel di Singapura yang restoran dan dapurnya sudah mempunyai sertifikat halal dari MUIS (Majlis Ugama Islam Singapura). Hotel Boss di dekat stasiun MRT Lavender ini salah satunya yang bisa terjangkau oleh kantong saya :) Saya pesan hotel ini dari website Booking.com, yang bisa dibatalkan tanpa denda . Alasannya, karena isu virus Zika yang merebak, saya masih maju mundur syantiek, jadi apa enggak ke Singapura . S aya perlu memesan hotel yang bisa di - cancel , dan pilihan terbaik ada lah memesan lewat booking dot com. Setelah saya konfirmasikan ke teman-teman yang juga nge-trip ke sana, ternyata kondisi di Singapura nggak seheboh yang diberitakan media. Semua tetap beraktivitas seperti biasa, hanya saya perlu waspada dengan selalu mengoleskan lotion anti nyamuk. Harga yang saya dapat per malam adalah SGD 161,34, atau Rp 1.583.925 dengan kurs kartu kredit Rp 9.817 per d

Kartupos dari Maharasthra India

Awal bulan Juni Si Ayah mendapat undangan workshop di India. Biasanya dia agak nggak enak s ering pergi meninggalkan keluarga, karena dia tahu saya yang lebih seneng traveling, sementara dia yang lebih sering mendapat kesempatan untuk pergi. Tapi kali ini, dia nggak merasa bersalah pergi karena tahu India nggak masuk ke bucket list , destinasi impian saya. Sampai saat ini saya belum pengen ke India, cukup membaca atau mendengar ceritanya saja :) Acara workshop tentang Citizen-Led Assesment ini cukup padat. Nino cuma punya waktu satu setengah hari untuk jalan-jalan, itu saja diorganisir oleh panitia. Karena itu dia malas bawa kamera besar (nggak besar-besar banget sih, wong 'cuma' mirrorless ), apalagi bawa tripod. Dalam perjalanan ke India kali ini, Si Ayah hanya berbekal kamera poket lawas, Canon S-95. Tapi dasar pinter motret, dengan kamera poket pun dia bisa menghasilkan foto-foto keren (menurut istrinya, hahaha). Memang bener sih yang bilang : y ang penting bukan gadget-ny

Mengurus Visa India untuk Konferensi

Bulan Juni yang lalu Si Ayah menghadiri workshop dan konferensi di Aurangabad, Maharashtra, India. Alhamdulillah saya nggak perlu ikut, karena India memang nggak belum ada di bucket list saya :D Tapi seperti biasanya, saya yang ikutan ribet ngurus ini itu, termasuk ngumpulin dokumen untuk visa. Masalah tambah ruwet karena Si Ayah juga harus berangkat ke Australia di bulan yang sama. Rempong kuadrat! Untungnya mengurus visa Australia langsung di kantor VFS Global tidak perlu menyerahkan paspor asli, sehingga paspor aslinya bisa dipakai untuk mengurus visa India. Jadilah di suatu hari Selasa yang cerah, Si Ayah berangkat ke dua tempat di Jakarta untuk mengurus dua visa. Saya komat-kamit berdoa dari rumah. Ketika tahu Si Ayah mendapat undangan konferensi di India, saya langsung googling cara mendapatkan visa India. Ternyata tipe visa India itu macam-macam banget; visa turis, visa bisnis, visa penelitian, dan visa konferensi berbeda-beda. Untuk jenis-jenis visa India dan syarat-syarat unt

Alila Solo, Kemewahan yang Terjangkau

Saya sudah lama 'ngidam' pengen menginap di hotel Alila. Mana saja deh, karena hotelnya cakep-cakep semua. Alila Ubud, Manggis, Seminyak, atau Uluwatu. Tapi memang tarifnya mahal ya, karena memang luxury hotel . Begitu dapat kabar grup Alila buka hotel di Solo, saya langsung masukin ke bucket list . Semahal-mahalnya Solo berapa sih? ;) Alhamdulillah kesampaian mencoba hotel Alila pas long weekend di bulan Mei kemarin. Hotel Alila Solo ini masih baru, baru buka bulan November 2015. Beberapa fasilitasnya juga baru buka ketika saya menulis review ini, seperti rooftop bar dan spa. Saya memesan kamar deluxe lewat Agoda seharga US$ 83,61 atau sekitar 1 juta rupiah. Setelah membandingkan di Hotels Combined , waktu itu tarif di Agoda memang lebih murah. Harga sudah termasuk pajak dan sarapan gratis untuk 2 orang. Tarif ini sedikit di atas rata-rata karena bertepatan dengan liburan akhir pekan panjang. Tentunya hotel ramai banget. Kami cek in sekitar pukul 7 malam setelah menempuh kem